Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stres. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi keberhasilannya melawan stres. Orang yang pendidikannya tinggi lebih mampu mengatasi masalah daripada orang yang pendidikannya rendah. Maka itu orang-orang dari golongan ekonomi rendah lebih banyak yang terkena stres daripada orang-orang kaya, demikian dikatakan Dr Johanes Chandrawinata MND,SpGK, dokter gizi klinik dari RS Melinda dan RS St. Borromeus di Bandung akhir pekan lalu. Faktor agama, dia meneruskan, juga memainkan peranan yang penting dalam membantu mengatasi stres. Pemahaman agama yang cukup sebagai pedoman bagi seseorang akan membuatnya menjadi lebih tenang, pasrah, terarah dan membantunya menerima keadaan. Karenanya, ketika seseorang sedang mengalami stres Johanes menyarankan agar dia juga berkonsultasi dengan ulama atau para pemuka agama. Di samping tingkat pendidikan, daya tahan tubuh juga mempengaruhi ketahanan seseorang menghadapi stres. Bila daya tahan tubuh lemah, maka stres berpotensi menimbulkan berbagai penyakit di dalam tubuh. Stres ada yang ringan dan ada yang berat. Stres yang ringan sebenarnya memiliki sisi positif, yakni membantu kita memperbaiki hidup kita sehingga jadi lebih bagus dan berkualitas. Tapi, kalau stres yang dialami sudah berlebihan, dalam arti beban dan tekanan terhadap diri kita sudah terlalu berat, bisa membawa dampak buruk pada kesehatan, jelas dokter yang juga berpraktek di Santosa International Hospital Bandung itu. Dia menjabarkan, dampak buruk stres bisa menyerang salah satu dari tiga unsur dalam tubuh manusia. Jika stres mempengaruhi mental seseorang, akan menyebabkan tingkat keinginan untuk bunuh diri dalam diri seseorang menjadi tinggi selain menimbulkan gangguan mental. Kedua, stres menyebabkan gangguan fisiologi. Biasanya yang terjadi adalah seseorang mengalami diare atau malah tidak bisa buang air besar. Ketiga stress menyebabkan gangguan fisik, sehingga menimbulkan penyakit-penyakit seperti jantung, ginjal, paru paru, stroke dan sebagainya, urainya. Serangan jantung bisa terjadi akibat stres karena tubuh kita menghasilkan hormon adrenalin. Stres memacu hormon adrenalin untuk keluar lebih banyak sehingga jantung berdetak lebih kencang dan nafas pun menjadi lebih kencang. Pola makan yang bagus dan gemar melakukan olahraga ditengarainya juga membantu meningkatkan ketahanan menghadapi stres. Sayangnya, aktivitas sehari-hari di kota besar yang padat tidak hanya kerap menimbulkan stres tapi juga kadang menciptakan pola makan yang tidak teratur dan kurang sehat sampai asupan nutrisi yang tidak terjaga. Pola makan harus dijaga. Makanlah makanan yang sehat dan bergizi. Makanan yang mempertinggi kadar serotonin dalam otak seperti pisang bagus untuk mengurangi stres. Lengkapi juga dengan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan omega tiga. Jauhi makanan yang mengandung lemak ketika sedang stres sebab lemak malah membantu meningkatkan stres, jadi tidak bagus untuk tubuh, paparnya. Untuk mengurangi stres dia mengusulkan agar masyarakat melakukan refresing setiap hari. Refresing, menurutnya, tidak bisa ditunda-tunda karena itu harus segera dilakukan ketika kita ada waktu luang. Refresing tidak perlu jauh-jauh dan mahal-mahal, di rumah saja dengan berkumpul bersama keluarga sudah cukup. Yang penting adalah komunikasi dengan anggota keluarga. Laki-laki mulai saat ini harus berusaha untuk belajar mendengarkan keluhan istri sebab istri sebenarnya hanya ingin didengarkan, bukan diberi saran-saran seperti yang selama ini sering dilakukan para suami ketika istrinya mengeluh, pesannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar