Asal pengobatannya tepat, penyakit satu ini bisa disembuhkan. Apa lagi yang perlu diketahui tentang asma? Asma adalah suatu penyakit saluran napas yang ditandai dengan adanya penyempitan jalan napas. "Gejalanya bisa timbul dan hilang dengan sendirinya. Karena terjadi penyempitan jalan napas, maka gejalanya adalah sesak napas pada saat muncul serangan," kata Dr. dr. H. Muljono Wirjodiardjo, Sp.A (K) dari RS Internasional Bintaro. Penyebab asma sebetulnya adalah terjadinya suatu reaksi alergi yang disebabkan oleh alergen. "Sesuatu yang asing masuk ke tubuh melalui saluran napas, yang kemudian menimbulkan reaksi alergi. Manifestasinya adalah jalan napas mengerut, sehingga diameter menjadi sempit. Ditambah lagi dengan pembengkakan selaput lendir di saluran napas, serta produksi lendir yang banyak," lanjut Muljono. Akibatnya, terjadi penyempitan saluran napas dan terjadilah sesak napas, terutama pada saat mengeluarkan napas (respirasi). "Napas itu ada dua, mengeluarkan napas dan inspirasi. Ini yang harus dicatat oleh para orangtua, sesak napas pada anak yang asma terjadi saat mengeluarkan napas, bukan saat menarik napas," lanjut Muljono. Karena terjadi penyempitan saluran napas, maka pada saat mengeluarkan napas, seringkali mengeluarkan bunyi ngik-ngik (wheezing) atau disebut pula mengi. Ini pula sebab kenapa asma sering disebut sebagai sakit mengi. Penyakit satu ini sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan. "Sekarang ini, diketahui bahwa ada gen penyebab asma. Jadi, jika ayah atau ibu kena asma, tentu makin tinggi risiko anak bakal kena asma juga. Bahkan, meski ayah atau ibu tidak punya asma, tapi kalau kakek atau neneknya kena, anak pun bisa kena," lanjutnya. GEJALA MIRIP Asma bisa muncul kapan saja, tak selalu malam atau pagi hari seperti yang selama ini banyak diyakini. Yang harus diperhatikan adalah gejala penyakit lain yang mirip gejala asma. "Harus dibedakan, soalnya banyak sekali penyakit lain yang gejalanya mirip asma. Contohnya penyakit bronkhitis atau sinusitis," jelas Muljono. Jadi, munculnya serangan asma seringkali tak ada hubungannya dengan siang atau malam hari. Kalau penyebabnya alergen yang ada di rumah, biasanya serangan muncul malam menjelang dinihari. "Pasalnya, penderita pada malam hari lebih banyak terpapar alergen."Selain dipicu oleh alergen (debu rumah, spora jamur, asap, bulu binatang, dan sebagainya), asma juga bisa karena exercise (aktivitas tubuh), dan bahkan karena emosi. "Terutama pada anak remaja. Misalnya stres menghadapi ujian."Orang tua harus mengenal dulu asma dan gejala yang muncul pada anak. Memang, pada penyakit lain, misalnya karena infeksi, selain gejala sesak napas, juga disertai demam. "Tapi, harus diingat juga hubungan antara asma dengan umur. Penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala mirip asma, misalnya sinubronkhitis, yakni penyakit sinusitis dengan komplikasi menjadi bronkhitis, biasanya mulai muncul saat 4 - 5 tahun. Anak yang waktu bayi sehat, ketika masuk TK kok batuknya kering, malam hari, bahkan kadang-kadang sesak napas. Untuk meyakinkan, bisa dilakukan foto sinus dan paru."Anak di bawah 4 tahun juga bisa memunculkan gejala mirip asma. "Sebagian memang benar asma, tapi ada pula yang asmaticbronkhitis. Umumnya, gejala asmaticbronkhitis pada anak di bawah balita sesak napas juga, tapi seringkali disertai panas karena adanya infeksi virus."Jadi, lanjut Muljono, "Kalau dipilah-pilah, yang disebut asma itu hanya sebagian dari penyakit-penyakit yang bermanisfestasi dengan sesak napas. Sementara jika benar-benar asma, kadang-kadang di bawah setahun pun sudah kelihatan gejalanya."
BISA SEMBUH Derajat asma diukur dari derajat sesak napas dan frekuensi kekambuhannya. "Jadi, ada asma yang ringan, yang gejalanya hanya muncul sesekali, tapi ada asma yang munculnya lebih sering, seminggu dua kali misalnya." Derajat sesak napas bisa diukur dengan alat pengukur fungsi paru. "Dilihat fungsi parunya, menurun berapa persen."Ada dua pengobatan asma, yakni pengobatan saat serangan dan pengobatan pencegahan (maintenance). "Masing-masing obatnya berbeda." Selain itu, yang tak kalah penting adalah menjaga kebugaran dengan olahraga yang cukup. "Dengan begitu, anak yang menderita asma bisa tetap berprestasi. Ini yang penting, bagaimana mengelola anak asma agar kualitas hidupnya baik. Contohnya, jangan sampai anak selalu sesak di malam hari, atau selalu minum obat."Orang tua sebaiknya juga tidak overprotektif. "Nggak boleh sekolah, nggak boleh olahraga. Guru juga begitu, anak sering disuruh pulang atau tidak boleh olahraga, sehingga dampak negatifnya besar sekali terhadap jiwa anak," kata Muljono. "Kita harus membuat suasana sedemikian rupa sehingga anak merasa aman dan nyaman dengan asmanya. Ini butuh kerjasama antara pasien, orangtua, dan dokter."Pengobatan asma terkadang memakan waktu lama. "Jadi, sebaiknya pakailah obat yang memiliki sedikit efek samping. Berarti, jenis, dosis dan cara pemakaian yang tepat harus benar-benar diperhatikan. Juga timing atau saat pemberian obat yang tepat," lanjut Muljono.
Ada dua jenis obat asma, yakni yang diminum dan yang dihisap. Obat yang diminum umumnya obat antialergi untuk menetralkan reaksi alergi. Kemudian ada pula bronkodilator untuk melebarkan jalan napas, serta obat-obat pengencer lendir. "Kadang-kadang diperlukan juga antibiotik."Sedangkan obat antialergi kebanyakan dalam jenis kortikosteroid oral yang memang ampuh, tapi memiliki efek samping, sehingga harus hati-hati dalam pemakaiannya. "Namun, sekarang ini ada obat-obat kortikosteroid yang dipakai dengan jalan inhalasi (hisap). Jika obat oral bisa berefek ke lambung, hati, dan sebagainya, maka obat yang dihisap, sasarannya langsung. Keuntungannya, dosisnya sangat kecil, efek samping kurang, reaksinya cepat, dan pemakaiannya sangat praktis."Yang tak kalah penting adalah nebulizer, alat hisap berisi obat yang sudah diubah menjadi partikel uap, sehingga bisa masuk ke bagian-bagian yang paling dalam. Obat ini akan bereaksi memperlebar saluran napas. "Sebaiknya selalu siapkan nebulizer di rumah untuk berjaga-jaga setiap kali muncul serangan," saran Muljono. Yang jelas, asma pada anak bisa disembuhkan dengan pengobatan yang rasional, "Yaitu memakai obat-obat yang kerjanya disesuaikan dengan gejala dan sasarannya." Kalau pun tak bisa disembuhkan, asma bisa dikelola, sehingga anak tetap mempunyai kualitas hidup yang baik dan bisa berprestasi. "Jadi, anak tetap sehat bersama asmanya."OLAHRAGA APA YANG BAIK? Anak yang menderita asma bukan berarti pantang berolahraga. Bahkan, olahraga tertentu justru baik bagi penderita asma. Misalnya berenang. Selain menggerakkan semua otot, termasuk otot-otot dada, otot iga, dan otot punggung, yang semuanya sangat berguna untuk pernapasan, juga karena yang udara yang dihisap selalu basah. Jadi, asma bukan penyakit yang menghalangi anak untuk berolahraga. "Banyak lho, juara olimpiade yang waktu kecilnya menderita asma," kata Muljono memberi contoh. Jadi, dengan pengelolaan dan olahraga yang baik, anak tetap bisa berprestasi. "Satu lagi, obat-obat asma untuk atlet bukan termasuk doping. Tidak semuanya memang, tapi beberapa obat asma boleh dikonsumsi para atlet, asal jangan steroid."HINDARI TELOR Selain udara, pemicu asma yang lain adalah makanan. "Makanan itu alergen yang masuk melalui salura cerna." Apa saja yang sebaiknya dihindari? "Terutama makanan-makanan yang sifatnya merangsang, seperti penyedap, pewarna makanan, esens," kata Muljono. Ada juga makanan-makanan yang unsurnya menyebabkan asma. Misalnya telor, cokelat, sea food, tomat. Tapi, soal makanan ini sifatnya sangat individual. "Tidak bisa kita pukul rata, semua anak asma tidak boleh makan telor, misalnya," lanjut Muljono. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui makanan apa saja yang bisa memicu alergi pada anak. Telor memang agak istimewa. "Selain memicu alergi, juga menyebabkan produksi lendir bertambah dan kental, sehingga sebaiknya dihindari saat muncul serangan asma, karena malah akan semakin membuat napas sesak."LINGKUNGAN PEGANG PERANAN Asma anak harus dibedakan dengan asma pada orang dewasa. Pada asma anak, sekitar 70 persen akan sembuh saat anak menginjak usia remaja. "Tentu, harus diobati, tapi tidak usah dengan obat-obatan khusus. Sebagian lagi akan terus berlanjut hingga anak dewasa, apalagi jika lingkungannya tetap, tidak kondusif," jelas Muljono. Misalnya, anak tinggal di keluarga yang mengelola bengkel atau toko material. "Jadi, lingkungan yang bersih sangat penting bagi penderita asma." Penderita asma dewasa yang bekerja di kantor yang lingkungannya tak sehat, misalnya terkena polusi, asmanya bisa menjadi berat. Asma memang bisa berakibat fatal jika pengelolaannya tak tepat. "Namun, tingkat fatalitasnya sekarang sudah jauh berkurang. Kalaupun ada, biasanya karena komplikasi, misalnya infeksi atau ada penyakit lain yang memperberat asma," lanjut Muljono. AJAK ANAK KE LAUT Salah satu faktor yang memicu gejala asma adalah udara, dimana di dalamnya mengandung alergen atau partikel-partikel. Tapi, yang juga tak kalah penting adalah kelembapan udara. "Laut itu bagus karena, selain lembap, juga mengandung butiran-butiran garam." Sama seperti penggunaan nebulizer saat muncul serangan. "Salah satu komponen di dalam nebulizer adalah air garam dalam konsentrasi tertentu, sehingga menimbulkan efek yang baik untuk selaput lendir. Nah, udara laut juga mengandung air garam, sehingga bagus untuk penderita asma," kata Muljono. (Tabloid Nova)
BISA SEMBUH Derajat asma diukur dari derajat sesak napas dan frekuensi kekambuhannya. "Jadi, ada asma yang ringan, yang gejalanya hanya muncul sesekali, tapi ada asma yang munculnya lebih sering, seminggu dua kali misalnya." Derajat sesak napas bisa diukur dengan alat pengukur fungsi paru. "Dilihat fungsi parunya, menurun berapa persen."Ada dua pengobatan asma, yakni pengobatan saat serangan dan pengobatan pencegahan (maintenance). "Masing-masing obatnya berbeda." Selain itu, yang tak kalah penting adalah menjaga kebugaran dengan olahraga yang cukup. "Dengan begitu, anak yang menderita asma bisa tetap berprestasi. Ini yang penting, bagaimana mengelola anak asma agar kualitas hidupnya baik. Contohnya, jangan sampai anak selalu sesak di malam hari, atau selalu minum obat."Orang tua sebaiknya juga tidak overprotektif. "Nggak boleh sekolah, nggak boleh olahraga. Guru juga begitu, anak sering disuruh pulang atau tidak boleh olahraga, sehingga dampak negatifnya besar sekali terhadap jiwa anak," kata Muljono. "Kita harus membuat suasana sedemikian rupa sehingga anak merasa aman dan nyaman dengan asmanya. Ini butuh kerjasama antara pasien, orangtua, dan dokter."Pengobatan asma terkadang memakan waktu lama. "Jadi, sebaiknya pakailah obat yang memiliki sedikit efek samping. Berarti, jenis, dosis dan cara pemakaian yang tepat harus benar-benar diperhatikan. Juga timing atau saat pemberian obat yang tepat," lanjut Muljono.
Ada dua jenis obat asma, yakni yang diminum dan yang dihisap. Obat yang diminum umumnya obat antialergi untuk menetralkan reaksi alergi. Kemudian ada pula bronkodilator untuk melebarkan jalan napas, serta obat-obat pengencer lendir. "Kadang-kadang diperlukan juga antibiotik."Sedangkan obat antialergi kebanyakan dalam jenis kortikosteroid oral yang memang ampuh, tapi memiliki efek samping, sehingga harus hati-hati dalam pemakaiannya. "Namun, sekarang ini ada obat-obat kortikosteroid yang dipakai dengan jalan inhalasi (hisap). Jika obat oral bisa berefek ke lambung, hati, dan sebagainya, maka obat yang dihisap, sasarannya langsung. Keuntungannya, dosisnya sangat kecil, efek samping kurang, reaksinya cepat, dan pemakaiannya sangat praktis."Yang tak kalah penting adalah nebulizer, alat hisap berisi obat yang sudah diubah menjadi partikel uap, sehingga bisa masuk ke bagian-bagian yang paling dalam. Obat ini akan bereaksi memperlebar saluran napas. "Sebaiknya selalu siapkan nebulizer di rumah untuk berjaga-jaga setiap kali muncul serangan," saran Muljono. Yang jelas, asma pada anak bisa disembuhkan dengan pengobatan yang rasional, "Yaitu memakai obat-obat yang kerjanya disesuaikan dengan gejala dan sasarannya." Kalau pun tak bisa disembuhkan, asma bisa dikelola, sehingga anak tetap mempunyai kualitas hidup yang baik dan bisa berprestasi. "Jadi, anak tetap sehat bersama asmanya."OLAHRAGA APA YANG BAIK? Anak yang menderita asma bukan berarti pantang berolahraga. Bahkan, olahraga tertentu justru baik bagi penderita asma. Misalnya berenang. Selain menggerakkan semua otot, termasuk otot-otot dada, otot iga, dan otot punggung, yang semuanya sangat berguna untuk pernapasan, juga karena yang udara yang dihisap selalu basah. Jadi, asma bukan penyakit yang menghalangi anak untuk berolahraga. "Banyak lho, juara olimpiade yang waktu kecilnya menderita asma," kata Muljono memberi contoh. Jadi, dengan pengelolaan dan olahraga yang baik, anak tetap bisa berprestasi. "Satu lagi, obat-obat asma untuk atlet bukan termasuk doping. Tidak semuanya memang, tapi beberapa obat asma boleh dikonsumsi para atlet, asal jangan steroid."HINDARI TELOR Selain udara, pemicu asma yang lain adalah makanan. "Makanan itu alergen yang masuk melalui salura cerna." Apa saja yang sebaiknya dihindari? "Terutama makanan-makanan yang sifatnya merangsang, seperti penyedap, pewarna makanan, esens," kata Muljono. Ada juga makanan-makanan yang unsurnya menyebabkan asma. Misalnya telor, cokelat, sea food, tomat. Tapi, soal makanan ini sifatnya sangat individual. "Tidak bisa kita pukul rata, semua anak asma tidak boleh makan telor, misalnya," lanjut Muljono. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui makanan apa saja yang bisa memicu alergi pada anak. Telor memang agak istimewa. "Selain memicu alergi, juga menyebabkan produksi lendir bertambah dan kental, sehingga sebaiknya dihindari saat muncul serangan asma, karena malah akan semakin membuat napas sesak."LINGKUNGAN PEGANG PERANAN Asma anak harus dibedakan dengan asma pada orang dewasa. Pada asma anak, sekitar 70 persen akan sembuh saat anak menginjak usia remaja. "Tentu, harus diobati, tapi tidak usah dengan obat-obatan khusus. Sebagian lagi akan terus berlanjut hingga anak dewasa, apalagi jika lingkungannya tetap, tidak kondusif," jelas Muljono. Misalnya, anak tinggal di keluarga yang mengelola bengkel atau toko material. "Jadi, lingkungan yang bersih sangat penting bagi penderita asma." Penderita asma dewasa yang bekerja di kantor yang lingkungannya tak sehat, misalnya terkena polusi, asmanya bisa menjadi berat. Asma memang bisa berakibat fatal jika pengelolaannya tak tepat. "Namun, tingkat fatalitasnya sekarang sudah jauh berkurang. Kalaupun ada, biasanya karena komplikasi, misalnya infeksi atau ada penyakit lain yang memperberat asma," lanjut Muljono. AJAK ANAK KE LAUT Salah satu faktor yang memicu gejala asma adalah udara, dimana di dalamnya mengandung alergen atau partikel-partikel. Tapi, yang juga tak kalah penting adalah kelembapan udara. "Laut itu bagus karena, selain lembap, juga mengandung butiran-butiran garam." Sama seperti penggunaan nebulizer saat muncul serangan. "Salah satu komponen di dalam nebulizer adalah air garam dalam konsentrasi tertentu, sehingga menimbulkan efek yang baik untuk selaput lendir. Nah, udara laut juga mengandung air garam, sehingga bagus untuk penderita asma," kata Muljono. (Tabloid Nova)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar