Jangan sepelekan tidur. Sebuah penelitian terbaru menyimpulkan bahwa manusia bisa bekerja lebih kreatif justru dengan menambah jam tidurnya. Studi yang dilakukan ilmuwan asal Inggris membuktikan bahwa 30 persen orang bisa mendapatkan ide-ide terbaiknya di tempat tidur. Sedangkan mereka yang bisa mendapatkan ide cemerlang di balik meja hanya 11 persen saja, demikian berdasar riset yang dilakukan East of England Development Agency (EEDA). Studi yang lumayan menggembirakan para karyawan ini seolah-olah menyerukan agar perusahaan menyediakan tempat tidur di tempat kerjanya. Dengan memberi kesempatan para pekerja tidur lebih banyak maka diharap mereka bisa bekerja lebih baik. Menggelikan? Tidak juga. Bill dan Camile Anthony, penulis buku The Art of Napping At Work atau Seni Tidur Siang di Sela Kerja, selama ini kita hidup dalam budaya napaphobic, yakni ketakutan atas tidur siang. Namun kebiasaan tersebut bisa diubah dengan mulai membiasakan tidur siang atau tidur sesaat di sela kesibukan kerja.”Tidur siang secara sembunyi-sembunyi sebenarnya sudah banyak terjadi di kalangan pekerja, sementara tidur siang sebagai bagian dari istirahat dan jam kerja akan segera menjadi tren baru,” komentar Bill Anthony yang juga profesor di Boston University. Ia berpendapat bahwa tidur siang merupakan peristiwa alami, bahkan sama sekali tidak merugikan perusahaan dari sisi produktivitas. Dengan cara memberi waktu untuk tidur siang maka perusahaan tak perlu lagi sibuk mengawasi pekerjanya yang tidur siang dengan cara sembunyi-sembunyi.Richard Wiseman, seorang profesor psikologi menyatakan bahwa riset membuktikan otak kita lebih bekerja kreatif saat kita dalam kondisi rileks dan nyaman dibanding di bawah tekanan. Bahkan mimpi pada saat tidur menghasilkan kombinasi luar biasa antara ide-ide dan hal-hal yang suril. Keduanya menghasilkan solusi yang menakjubkan bagi sejumlah problem yang dihadapi saat bekerja.Tapi untuk bisa tidur siang dengan lelap, kita butuh situasi yang nyaman secara psikologis. Maka perlu didesain tempat khusus untuk tidur bagi karyawan di tempat kerja yang cukup nyaman pula. Dengan kenyamanan ini maka para pekerja bisa istirahat dengan rileks dan tak ubahnya dengan ”mengisi ulang” pikirannya. Fasilitas TidurUsul pengadaan fasilitas untuk tidur siang ini didukung oleh Derk-Jan Dik, direktur Sleep Research Centre yang bermarkas di Surrey. Menurutnya usul ini bukan suatu hal yang tidak masuk akal. ”Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengatur jadwal istirahat mereka. Sejumlah orang punya kebiasaan tidur yang berbeda dengan orang lain. Ada yang bisa tidur dalam waktu singkat, ada pula yang tidak,” ujarnya.Jam kerja dengan pola yang saat ini berlaku di banyak negara, yakni pukul sembilan hingga pukul lima dianggap tidak sesuai dengan pola tidur yang sehat bagi manusia. Maka diproposalkan untuk sedikit mengubah jam kerja. Survei ihwal kebiasaan tidur dilakukan selama dua tahun melalui internet. Berlaku bukan hanya di Inggris, namun secara global. Ditemukan bahwa mayoritas orang bisa menghasilkan kerja terbaiknya pada sore hari, yakni berjumlah 38 persen dari seluruh responden. Atau jika ingin yang lebih baik lagi adalah di pagi hari yang mencakup 40 persen responden.Pemimpin riset tersebut, Dr Chris Idzikowski, menyataan apabila hari-hari kerja dibuat lebih fleksibel sehingga membuat karyawan bisa mengikuti pola tidur yang berbeda-beda maka perusahaan bisa memperleh keuntungan. Hak tersebut bisa dilakukan dengan mengubah jam kerja menjadi pagi hari atau sore hari saja, disesuaikan dengan jam-jam terbaik mereka. Sedangkan apabila diusulkan pengadaan fasilitas untuk tidur siang, mau tak mau perusahaan harus memperpanjang jam kerja karyawannya. Ternyata sebagian perusahaan di Inggris dan Amerika menyambut baik usulan pengadaan fasilitas tidur tersebut. Seperti perusahaan akuntansi Deloitte Consulting di Pittsburgh, Amerika Serikat (AS) yang sudah mendesain ruangan tidur siang bagi karyawannya. Hasilnya cukup memuaskan. Perusahaan tersebut masuk ke dalam 100 besar perusahaan AS yang baik versi majalah Fortune tahun lalu.Sementara karyawan di seantero perkantoran New York yang tidak disediakan fasilitas tidur siang oleh perusahaannya bisa menikmati fasilitas di Empire State Building yang disediakan oleh MetroNaps. Dengan membayar 14 dolar AS, mereka bisa tidur nyenyak selama 20 menit, ditambah dengan pijatan lembut oleh alat elektrik serta sehelai handuk beraroma lemon untuk menyegarkan diri ketika hendak kembali bekerja. Kapan ya fasilitas macam itu bisa dinimati oleh para karyawan di Jakarta atau Indonesia? (SH/merry magdalena)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar