Di sebagian masyarakat masih ada mitos yang mengatakan bahwa anak yang lahir daripasangan suami istri yang suaminya sangat tua akan cerdas. "Bibitnya matang sih!?Begitu kata mitos di masyarakat. Menurut dr H Pribakti B SpOG (K), spesialis kebidanan dan kandungan di RSUD Ulin Banjarmasin, hal itu tak sepenuhnya benar. Mitos lain yang masih berkembang di masyarakat awam bahwa ketika bayi lahirmenyandang cacat atau belakangan diketahui mengidap penyakit bawaan atau turunantertentu tuduhan biasanya dialamatkan kepada sang ibu. Apalagi jika ia sudah tua. "Sebaliknya si bapak yang biasanya lebih tua praktis terbebas dari "gunjingan". Malahansi bapak cenderung selalu dianggap tokcer, mampu menjadi bapak anak-anak sehat diusia yang sudah tua, bahkan sampai jauh memasuki usia senja," kata pria kelahiranBalikpapan ini.Namun belakangan, ujar Pribakti, bukti-bukti makin bertumpuk bahwa justru padalelakilah --bukannya wanita-- yang kemungkinan menjadi sumber sebagian besar mutasigenetik baru yang mengakibatkan cacat lahir janin. Karena itu boleh jadi lelakilah yangbertanggung jawab atas mayoritas penyakit-penyakit bawaan ,yang sepintas tak jelas asalusulnya. Pasalnya , kian "uzur" pihak lelaki kian tinggi peluang spermanya mengalamimutasi genetik. Pandangan baru ini sebagian besar bertumpu pada kajian-kajian mutahiratas sel individual."Memang belum final. Masih banyak yang perlu dipelajari tentang mutasi genetik padasperma, demikian digarisbawahi sementara ilmuwan. Begitu pula, masih belum jelasbenar seberapa besar variasi kecil dalam "cetak biru" genetik yang ada pada manusianantinya akan diterterjemahkan menjadi suatu cacat lahir, tambah dokter yang punya hobimenulis ini.Namun yang pasti sebagian peneliti mengakui bahwa sekaranglah saatnya untuk lebihmengamati kemungkinan ada "kekeliruan" bawaan sel sperma, walau ini merupakansubyek yang selama ini tak begitu mendapat perhatian. Sebagai contoh kasus Hemofili(dimana darah tidak bisa membeku) yang baru muncul ditengah keluarga, yangsebelumnya tak mencatat sejarah penyakit demikian agaknya merupakan hasil"plesetan"genetik yang bersumber dari sperma lelaki, bukan sel telur wanita.Para ilmuwan menyadari sepenuhnya bahwa kendati sel telur wanita telah terbentukpenuh selama pengembangan janin dan tak lagi mengalami pembagian sel lebih lanjutsetelah lahir, sel kelamin "moyang" yang mencikal bakali sperma lelaki akan terusberbagi sepanjang hidup seseorang. Makin besar banyaknya pembagian sel makin besarpula peluang kesalahan minor yang disebut mutasi titik bisa terjadi sewaktu kromosomtengah diduplikasi. Malah belum lama ini, para ilmuwan berhasil memperlihatkan bahwagen-gen pada kromosom Y yang cuma dimonopoli lelaki (karena lelaki berkromosomXY) ternyata memang bermutasi pada laju lebih cepat dari pada gen-gen pada kromosomX, yang sebenarnya tak cuma dimiliki wanita (XX).Berdasarkan ini pula sejumlah kajian lain membuat para ilmuwan menaksir bahwa lajumutasi genetik keseluruhan dalam sel-sel sperma enam kali lebih tinggi dari pada dalamsel telur. Dan kesenjangan itu makin melebar seiring usia. Makin uzur lelaki, masingsering sel-sel "moyang " sperma berbagi, maka makin tinggi banyaknya kemungkinanmutasi titik yang tertumpuk dalam kromosom.Seperti diketahui pada usia 13 tahun, jelas ayah tiga anak ini, tatkala seorang bocah lakilakibiasanya mulai memproduksi sperma, sel-sel kelaminnya itu telah berbagi sekitar 36kali dan berbagi sekitar 23 kali setahun sesudahnya. Pada saat umur 20 tahun, sel-selsudah mengalami replikasi kira-kira 200 kali. Saat usia 30 tahun, kurang lebih 439 kalidan begitu menginjak 45 tahun kira-kira 770 kali. Semua itu didukung bukti statistik.Rata-rata para bapak dari anak-anak yang mempunyai suatu penyakit genetik dominan,penyakit disebabkan satu cacat tunggal yang belum pernah terjadi sepanjang sejarahkeluarga sebelumnya, ternyata enam tahun lebih sepuh daripada bapak para anak yangtanpa penyakit.Bagaimana dengan kaum hawa?Di pihak ibu, Pribakti tak membantah masih ada sisi negatifnya juga. Menjadi ibu padausia lebih tua sebegitu jauh masih menghadapi peningkatan resiko melahirkan bayidengan berbagai cacat lahir. Bedanya bukan dikaitkan dengan mutasi titik, namunkesalahan replikasi seluruh kromosom. Contoh yang paling terkenal adalah triplikasi darikromoson 21 yang menimbulkan sindroma Down. Cacat kromosomal skala besar macamitu mudah dideteksi dalam tes prakelahiran dengan pemeriksaan air ketuban saat usiakehamilan 16 minggu. Jadi masih terbuka kemungkinan diantisipasi."Sebaliknya sebagian besar "error" genetik kecil-kecil yang diperkirakan sebagian besardari pihak bapak, sampai sekarang susah didiagnosa secara dini sehingga baru ketahuansaat bayi dilahirkan," kata lulusan FK Airlangga ini.Kita dapat sedikit mengeliminasi mutasi pada manusia jika kaum lelaki berproduksi padausia muda. Atau jika memang ingin punya anak belakangan/saat sudah uzur maka simpansaja spermanya yang masih muda .Hal ini sudah banyak dilakukan di negara yang sudah maju. Atau jika tidak ingin punyaanak cacat lahir sebaiknya jangan menghamili apalagi kalau ibunya sudah tua juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar