Selasa, 17 Maret 2009

Waspadai Lutut yang Berbunyi

http://sehat-ituindah.blogspot.com
LUTUT Anda terasa kopong? Ternyata hal itu disebabkan oleh keropos tulang, pengapuran sendi, cedera akibat terjatuh atau olahraga berat yang sering Anda lakukan.

Apakah Anda kerap merasakan sakit di lutut saat berjalan terlalu lama? Atau mungkin saat lutut digerakkan, terdengar suara tidak wajar? Jika kedua hal ini terjadi, waspadalah. Sebab, ada kemungkinan Anda terkena gangguan lutut kopong, yakni rasa sakit yang timbul di area dengkul (lutut).

Menurut ahli tulang dari RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr Franky Hartono SpOT, penyebab lutut kopong bisa bermacam- macam. Antara lain, pengeroposan tulang (osteoporosis), pengapuran sendi (osteoarthritis), dan luka pada bagian meniskus atau ligamen lutut. "Lutut kopong dapat terjadi karena keseleo, bekerja atau berolahraga terlalu berat, dan terjatuh," ucap Franky dalam seminar awam "Pinggang Kecetit dan Lutut Kopong" di Jakarta.

Pengapuran sendi atau osteoarthritis adalah terkikisnya sendi di lutut akibat gesekan yang berlangsung terus-menerus.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang pernah cedera atau kegemukan (obesitas). Jika osteoporosis umumnya terjadi pada orang usia 50 tahun ke atas (terutama perempuan), maka osteoarthritis bisa terjadi saat usia muda. Bila tidak ditangani dengan tepat, Anda dapat mengalami osteoarthritis pada masa tua.

"Jika Anda keseleo, sebaiknya berobat ke dokter agar cedera ringan tersebut dapat ditangani secara profesional. Sayangnya, saat ini kebanyakan orang Indonesia lebih memercayai pengobatan alternatif," ucap dokter yang pernah mengenyam pendidikan kedokteran di Belgia.

Lutut kopong memang acap kali diidentikkan dengan orang yang dengkulnya "berbunyi" ketika digerakkan. Namun, gejalanya bisa lebih dari sekadar bunyi "kretek-kretek" mirip engsel pintu yang rusak. Mereka yang terkena lutut kopong biasanya juga mengeluhkan nyeri, kaku, dan rasa berat saat melangkah atau tidak kuat berjalan.

Efeknya bukan hanya menyebabkan penderitanya memiliki keterbatasan dalam bergerak, juga cepat lelah sehingga tidak kuat jongkok dan mudah terjatuh. Jika dialami orang dewasa pada usia produktif, tentunya dapat menurunkan produktivitas kerja yang bersangkutan.

Itulah sebabnya, tindakan pengobatan perlu dilakukan. Tidak hanya untuk menghilangkan keluhan, juga mencegah perburukan penyakit. Adapun proses pengobatan lutut kopong biasanya disesuaikan tingkat keparahannya. Misalnya, jika lutut terasa sakit akibat cedera ringan seperti keseleo, maka pengobatan juga relatif ringan.

"Biasanya, lutut pasien akan diteropong untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari keseleo tersebut. Setelah itu, baru ditentukan apakah pasien harus menggunakan brace, gips, atau cukup beristirahat saja," paparnya.

Adapun jika lutut mengalami cedera pada bagian meniskus atau tulang rawan di dalam sendi dengkul, maka langkah operasi pun harus ditempuh. Menurut Franky, operasi yang disebut key hole surgery alias "operasi lubang kunci" ini merupakan proses operasi sederhana. Dokter bedah akan membuat sayatan kecil untuk memasukkan alat semacam mikroskop dan alat untuk menjahit meniskus yang luka tersebut. Selesai operasi, tanpa perlu dirawat inap, pasien sudah diperbolehkan pulang dan dapat berjalan kembali dengan normal.

Namun, pada lanjut usia (lansia), terkadang proses pengobatan lebih sulit dilakukan tim medis. Sering kali lutut kopong yang mereka derita sudah tergolong parah dan tulang rawan hampir habis terkikis. Lewat operasi, tulang rawan yang terkikis akan digantikan tulang rawan buatan dari titanium.

Setelah proses operasi, pasien dapat bergerak bebas karena kedua tulang di lutut sudah menyatu dan dapat menyeimbangkan posisi tubuh. Untuk mencegah lutut kopong, Anda sebaiknya melakukan olahraga dengan benar dan hati-hati. "Dengan berolahraga, otot akan semakin kuat dan terkontrol sehingga mampu menopang tubuh dengan sempurna," sarannya.

Perlu diketahui juga bahwa mengonsumsi susu atau suplemen tinggi kalsium bukan merupakan langkah utama mencegah lutut kopong. Sebab, suplemen kalsium ditujukan untuk mencegah osteoporosis, bukan osteoarthritis.

"Selama ini kalau ada yang mengalami nyeri lutut sering dikaitkan dengan osteoporosis. Lalu yang bersangkutan minum susu berkalsium tinggi dalam jumlah banyak supaya sembuh. Itu salah kaprah. Kalau lutut sakit, berarti terjadi pengapuran dalam sendi," tandas dr Yanwar Hadiyanto dari RS Pondok Indah Jakarta.

Saat ini, beberapa kasus gangguan sendi dapat ditangani dengan metode minimal invasive surgery, yakni pembedahan menggunakan sayatan kecil. Adapun prosedurnya disebut arthroscopy, yang mengacu pada pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan ahli bedah ortopedi untuk melihat, memeriksa atau mengevaluasi dan memperbaiki kelainan di dalam sendi.

Pada arthroscopy, ahli bedah membuat sayatan sekitar 5 mm, lalu memasukan alat kecil seukuran pensil berisi lensa kamera dan lampu ke dalam sendi. Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan, yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal pascaoperasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif.

Sumber: okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar