Selasa, 24 Maret 2009

Keloid, Jangan Lagi Diabaikan!

http://sehat-ituindah.blogspot.com
SAAT mengenakan tank top mahal, eh, ada keloid ikut nampang. Pastinya jadi tidak pede. Sebenarnya, apa dan bagaimana keloid?

Menurut dr Gwendy Aniko, Sp.BP.KBM, spesialis bedah plastik dan konsultan bedah mikro RSCM, Jakarta, keloid terjadi akibat adanya proses penyembuhan luka yang tidak menghasilkan parut (jaringan kulit luka) yang baik. Luka dimaksud seperti luka tembak, tindik, tato, sayatan, bekas operasi, dan sebagainya.

Parut ini awalnya bagus, tapi karena ada proses penyembuhan secara terus-menerus, timbullah keloid. Proses penyembuhan luka sendiri meliputi 3 tahap. Pertama, inflamasi, berlangsung 1-5 hari. Kedua, fibrolast, berlangsung 5 hari-3 minggu. Ketiga, maturasi, berlangsung 3 minggu-6 bulan, bisa juga bertahun-tahun.

Dalam keloid, ketiga tahap ini terus berjalan karena tubuh terus bergerak sehingga ada regangan dan tekanan pada beberapa bagiannya. Padahal, dalam penyembuhan luka, tubuh harus dikondisikan tenang.

Meski hanya berlangsung di lapisan kulit dermis dan epidermis, jika tak segera ditangani, keloid akan bertambah tebal. Awalnya luka kecil, lama-lama melebar ke pinggiran luka hingga akhirnya tumbuh dan menonjol di atas luka awal. Lokasi kemunculannya banyak di dada, telinga, bahu, dan paha (daerah regangan).

"Orang memang tidak akan mati karena keloid, tapi ini mengurangi estetika penampilan dan perasaan tak nyaman karena rasa gatal dan nyeri. Luka garukan turut mengganggu proses penyembuhan luka yang belum selesai sehingga keloid melebar dan merangsang luka baru," jelas dr Gwendy.

Penyebab

Ada tiga faktor pencetus munculnya keloid. Pertama, faktor genetik yang pengaruhnya mencapai 80 persen. Kedua, faktor hormonal, misalnya pubertas, menstruasi, dan menopause. Ketiga, faktor pigmentasi. Semakin tinggi pigmen (hiperpigmentasi), makin tinggi pula kemungkinan timbul keloid, seperti orang berkulit hitam.

Penyembuhan

Keloid memang tak bisa dihilangkan total. Namun, usaha penyembuhan secara komprehensif akan memperlambat laju pertumbuhannya. Berbagai rangkaian pengobatan, sebagai berikut:

1. Penekanan, bentuk yang bisa dipilih ada tiga, yakni:
- Balut tekan dengan menggunakan elastic banded.
- Bidai (splinting), digunakan pada daerah tertentu, seperti tangan dan kaki selama 3 minggu-3 bulan. Tujuannya agar bagian tersebut tidak banyak beraktivitas sehingga tubuh merasa tenang.
- Lembaran silikon (silicon sheet), teksturnya lebih tebal dari plester.
- Injeksi intralesi dengan pemberian kortikosteroid (zat obat yang menghambat proses penyembuhan luka). Kortikosteroid diberikan dengan dosis tertentu secara periodik untuk seterusnya dikurangi jika keloid mulai menipis.

2. Topikal (krim)
Krim mengandung kortikosteroid dioleskan di bagian luka setiap hari, 2-3 kali sehari. Golongan produk krim mengandung kortikosteroid, adalah bleomycin, kenakort, dan mederma.

3. Operasi
Ada dua pilihan operasi keloid. Pilihan pertama, operasi membuang seluruh keloid di mana risikonya adalah jaringan kulit sehat harus menahan tegangan jahitan operasi. Pilihan kedua, operasi bagian pinggirnya saja alias masih disisakan sebagian untuk mengunci proses penyembuhan luka.
- Pulse Die Laser, tindakan pengobatan dengan thermolysis atau panas yang membakar.
- Creo surgery, membekukan keloid sehingga tidak tumbuh lagi di lokasi tersebut.
- Sinar radiasi, bertujuan mencegah proses penyembuhan luka yang tak sempurna. Sinar radiasi diberikan dengan total daya maksimal 1500 yacht selama 5 hari berturut-turut, disesuaikan dengan tingkat keparahan keloid.

Menurut dr Gwendy, sebagian pasien tidak tahan dengan rangkaian pengobatan yang harus mereka lalui. "Kuncinya adalah keinginan kuat dan uang cukup karena penanganannya bisa unlimited," tambahnya.

Bicara biaya, dr Gwendy menggambarkan, untuk sinar radiasi Rp1 juta-Rp1,5 juta/paket, operasi Rp2 juta -Rp5 juta, injeksi intralesi Rp200 ribu, dan krim Rp30 ribu-Rp50 ribu.
Sumber: okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar