http://sehat-ituindah.blogspot.com
KESEIMBANGAN hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu, masalah kesehatan pun muncul, termasuk penyakit gondok. Bagaimana mencegah timbulnya penyakit ini?
Benjolan sebesar kelereng di area leher bagian kiri mulai dirasakan Ibu Nina, 55, sekitar 30 tahun lalu. Namun, wanita aktif ini tidak begitu memedulikannya, keluhan atau rasa sakit pun tak ada. Sayangnya, penyakit tak bisa dibohongi, seiring berjalannya waktu benjolan pun kian membesar.
"Baru pada tahun 2000 saya merasakan mata kiri jadi menonjol, keluar keringat, lemas dan gemetar. Namun, sampai sekarang benjolannya sama sekali tidak terasa sakit," ungkapnya.
Apa yang dikemukakan Nina, menurut spesialis penyakit dalam RSCM, dr Irsan Hasan SpPD KGEH, merupakan gejala penyakit akibat gangguan fungsi kelenjar tiroid atau sering disebut kelenjar gondok. "Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremor dan mata menonjol," sebut Irsan.
Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu pun jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan pun jadi berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok tadi.
Pada kasus Ibu Nina, hasil pemeriksaan dokter menyatakan dirinya kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme). "Kata dokter produksi hormon saya melewati batas, tapi tidak ada kaitannya dengan keturunan," katanya.
Kendati demikian, ada salah satu contoh penyakit kelenjar gondok yang konon dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan (infeksi), yaitu penyakit graves. Gejalanya mata menonjol, berkeringat banyak, palpitasi (jantung berdebar-debar keras), terjadi penurunan berat badan, dan badan kurus walaupun makannya banyak. "Graves merupakan sejenis penyakit autoimun dan bisa terjadi pada siapa saja dari semua kalangan usia," ungkap Irsan.
Wanita hamil yang menderita graves bisa saja menurunkan penyakitnya pada si janin (graves neonatorum). Mekanismenya, tubuh si ibu menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid. Antibodi ini kemudian sampai ke janin dan turut merangsang kelenjar tiroid si janin. Ini harus dicegah dan diobati karena efek buruknya bisa saja terjadi lahir mati, keguguran atau kelahiran prematur.
Graham Williams MD PhD FRCP dari Rumah Sakit Hammersmith di London mencoba meneliti peran hormon tiroid ini pada masa kehamilan dan pasca-melahirkan, yang dikaitkan dengan pertumbuhan tulang bayi yang dikandung. "Hipertiroid dapat menghambat pembentukan tulang," katanya.
Selain itu, spesialis anak yang juga ahli genetik dan molekul dari Universitas Chicago, Samuel Refetoff MD, mengungkapkan bahwa kecacatan psikomotorik pada janin juga bisa disebabkan ketidakmampuan hormon tiroid mencapai otak.
"Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit gondok berisiko mengalami gondok juga, baik semasa hamil ataupun pascamelahirkan. Oleh sebab itu, konsultasikan dengan dokter agar bisa dilakukan pengetesan," kata Robert C Smallridge MD dari Mayo Clinic, Florida.
Sementara itu, para dokter dari Department of Clinical and biomedical sciences The Geelong Hospital Australia, mengungkapkan dugaan keterkaitan antara stres dengan penyakit autoimun tersebut. Alasannya, cukup masuk akal: lingkungan dan kondisi psikologis seseorang (terutama saat stres) dapat memengaruhi sistem imun, dan secara langsung ataupun tidak juga berpengaruh pada sistem saraf dan endokrin (hormon). Modulasi imun inilah yang kemudian berkembang menjadi penyakit autoimun.
Dari keseluruhan penyebab penyakit kelenjar tiroid, masyarakat awam(terutama di Indonesia) mungkin justru lebih mengenal penyakit gondok sebagai akibat kekurangan konsumsi iodium. Unsur hara yang diperlukan tubuh tersebut sebetulnya bisa didapat dengan mudah melalui konsumsi garam beryodium.
Sekresi hormon tiroid dalam tubuh diatur oleh tirotropin (Thyroid stimulating hormone/TSH). Jika jumlah iodium yang tersedia tidak mencukupi, produksi tiroksin dan triodotironin menurun dan sekresi TSH oleh pituitari meningkat. Akibatnya, sekresi tiroglobulin oleh sel tiroid meningkat yang menyebabkan kelenjar membesar. Selanjutnya, terjadilah hiperplasia yang mengakibatkan gondok.
Kehamilan memang disinyalir berpengaruh terhadap tiroid. Selama hamil, kelenjar tiroid berproduksi 50 persen lebih banyak dibanding saat sedang tidak hamil. Kebutuhan kelenjar ini akan yodium pun meningkat. Karena itu jika asupan yodium tidak mencukupi, tiroid bisa membengkak dan risiko hipertiroid pun meningkat.
Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola makan sadar iodium sejak dini. Namun, untuk gangguan tiroid yang disebabkan kelainan hormon, sebetulnya tidak ada hubungannya dengan pola makan dan konsumsi garam.
Sumber: okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar