Waspadai Polip Pengganggu Penciuman
Waspadai Polip Pengganggu Penciuman
PERLU diwaspadai jika hidung sering tersumbat dan ingus mengalir berkepanjangan. Bisa jadi akibat adanya benjolan patologis rongga hidung alias polip.
Siapa pun pasti akan merasa terganggu jika sering kali menderita gejala flu atau pilek. Hidung terasa buntu, ingus terus mengalir, dan mata berair.
Jika flu atau pilek berkepanjangan, bisa dipastikan itu bukan flu biasa. Hal itu merupakan salah satu gejala dari polip hidung.
Polip hidung merupakan benjolan patologis pada rongga hidung yang kadang-kadang berwarna kekuningan, bisa abu-abu bahkan kemerahan.
Polip pada rongga hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak dan bisa dilihat dengan kasatmata. Gejala utama dari polip ini adalah hidung terasa buntu, pilek kental, suara menjadi bindeng dan diakhiri dengan pusing. Polip hidung biasanya akan disertai dengan sinusitis.
"Faktor yang meningkatkan seseorang terkena polip hidung adalah adanya radang sinus yang menahun, sumbatan hidung akibat adanya kelainan anatomi hidung, dan ada pula kemungkinan iritasi," kata dokter spesialis THT Dr Faisal Ahmadi SP dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ditambahkan dokter berkulit kuning sawo matang ini, polip hidung biasanya menyerang orang dewasa karena kemungkinan reaksi hipersensitif atau reaksi alergi yang sangat tinggi. "Polip biasanya terjadi pada usia dewasa dan sering terjadi pada usia 30 hingga 60 tahun," sebutnya. Meski tidak tertutup kemungkinan kalau anak-anak juga mengidap penyakit ini.
Keunikan lain dari polip hidung, Faisal Ahmadi menyebutkan, penyakit ini lebih banyak menyerang kaum pria dibandingkan dengan kaum wanita. "Ketika baru terbentuk, polip tampak seperti air mata dan jika matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabuabuan," sebutnya lagi.
Tercatat polip dibagi menjadi tiga bagian, yakni gradasi 1, 2, dan 3. Untuk gradasi pertama, dijelaskannya, polip hanya bisa tampak dengan pemeriksaan alat bantu, ini karena polip tumbuh kecil sekali sehingga membutuhkan alat khusus seperti endoskop untuk memeriksanya. Sementara gradasi 2, umumnya polip sudah agak besar, tapi tetap saja belum bisa dilihat dengan mata telanjang. Polip tingkat ini juga bisa dilihat dengan pemeriksaan alat THT sederhana seperti spatula hidung. Sementara gradasi yang ketiga, polip tampak sudah besar sekali, bahkan bisa dilihat dari luar lubang hidung. "Jika sudah mencapai gradasi ketiga, tindakan yang harus diambil yaitu pembedahan atau operasi pengangkatan polip," sebutnya.
Prinsip pengobatan polip hidung yaitu mengatasi polipnya dengan menghindari penyebab atau faktor-faktor yang mendorong terjadinya polip. Bila polip kecil, pengobatannya bisa dengan obat-obatan oral dan penyemprotan dengan obat semprot hidung. Sayangnya bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi, maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang-ulang. Karena itu, sangat diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal yang menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk kumatnya polip hidung.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan SB Early dari Beirne Carter Center for Immunology, Universitas Virginia, ditemukan bahwa pengembangan mukosa hidung atau polip dapat menutupi sinus ostia sehingga menurunkan kadar oksigen dalam jaringan sinus. "Polip bisa tumbuh di bagian tubuh mana saja dan jika tidak diobati, maka akan berkembang menjadi kanker," sebutnya.
Dia juga menambahkan, polip yang ukurannya sudah lebih dari 2 cm, dianggap berbahaya apalagi bila terjadi displasia, yaitu perubahan ke arah ganas secara histologis. "Bila ini terjadi, dianjurkan untuk segera melakukan pengangkatan atau operasi," kata SB Early.
Yang harus dilakukan penderita polip, menurut SB Early adalah memenuhi asupan serat. Karena idealnya penderita diharuskan mengonsumsi serat sebanyak 30 gram setiap harinya. Selain kurangnya konsumsi serat, penyebab lain dari kemunculan polip adalah kegemukan, kurangnya aktivitas fisik (olahraga), konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok. "Satu hal lagi, polip pada tubuh juga akan lebih gampang muncul bila seseorang kerap mengonsumsi daging merah, seperti daging kambing, sapi, atau babi," sebutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar