Bayiku Susah BAB?
MASIH bayi sudah sembelit? Aduh, rasanya tak tega melihatnya mengerang kesakitan setiap kali mau "pup".
Jika menghadapi situasi ini, orangtua mana yang tak khawatir. Memang, pada sebagian besar kasus, sembelit atau konstipasi pada bayi atau anak-anak tidak berbahaya. Namun, sebagian kecil bisa berakibat fatal. Karena itu, penting bagi orangtua untuk memastikan penyebabnya agar si kecil mendapatkan penanganan yang tepat.
Tinja Keras
Apa sih itu konstipasi? Menurut dr Triana Darmayanti SpA dari Rumah Sakit Jakarta, bayi yang mengalami konstipasi artinya bayi mengalami kesulitan buang air besar. Biasanya gejala yang ditemui, antara lain tinja keras dan keras seperti batu, sangat sulit dan sakit sewaktu keluar, kadang-kadang ada darah pada tinja akibat perlukaan anus, bahkan teraba massa tinja di dinding perut. Kalau sudah begitu, tak heran jika si kecil Anda mengerang kesakitan dan menjadi rewel.
"Perlu diingat, konstipasi ini tidak ada hubungannya dengan frekuensi bayi BAB setiap hari. Pasalnya, frekuensi buang air besar pada masing-masing bayi berbeda. Bayi yang disusui ASI mungkin mengalami BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 3-5 hari. Sedangkan bayi yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari. Hal ini normal-normal saja," jelasnya.
Berbeda bila bayi yang mengonsumsi susu formula buang air besar 2 - 4 hari sekali, tetapi fesesnya keras, maka sudah dianggap konstipasi. Lain halnya pada bayi yang mengonsumsi ASI, walaupun buang air besarnya 2 - 5 hari sekali -asal konsistensi tinjanya lunak- tidak dianggap konstipasi.
Tidak Cocok dengan Susu Formula
Ya, konstipasi memang kerap terjadi pada bayi yang mulai meminum susu formula. Pasalnya, komposisi susu formula lebih sulit dicerna oleh sistem pencernaan bayi dan membuat feses bayi lebih keras dibandingkan ASI.
Menurut dr Triana Darmayanti, kadang-kadang kandungan kalsium dan fosfor yang terkandung dalam susu formula terlalu tinggi. Padahal kemampuan ginjal bayi yang belum sempurna tidak dapat mengolah fosfat dalam jumlah yang banyak. Ini mempengaruhi penyerapan kedua zat tersebut di usus. Perlu diketahui, kebutuhan akan fosfor (zat besi) pada bayi 0-6 bulan adalah 0,5 mg per hari. Jika berlebih, maka bisa menyebabkan bayi sembelit.
"Berbeda dengan ASI, selain kandungan kedua zat itu lebih rendah, ASI mengandung zat laktasif yang mampu mengencerkan tinja. ASI menjadi lebih mudah dicerna ketimbang susu formula. Itulah sebabnya bayi yang diberikan ASI jarang mengalami konstipasi.
Selain itu, pembuatan susu formula yang terlalu pekat, asupan cairan yang kurang, atau bayi tidak cocok dengan susu formula tertentu, juga bisa menjadi pencetus terjadinya konstipasi," paparnya.
Perubahan Pola Makan
Seiring bertambahnya usia bayi, lanjut dr Triana Darmayanti, sembelit juga bisa mengintai pada saat bayi diperkenalkan dengan makanan padat. Pada beberapa bayi enzim pencernaannya masih kurang sempurna sehingga belum bisa mengunyah makanan dengan baik. Tapi tak perlu khawatir, bila sembelit disebabkan oleh enzim pencernaan, biasanya seiring pertambahan usia kondisi pencernaan bayi akan membaik. Apalagi, dokter bisa membantu dengan memberikan obat-obatan yang bisa meningkatkan produksi enzim pencernaan.
"Tapi, kalaupun terjadi sembelit walau sistem kerja enzim pencernaan bayi sudah bekerja sempurna, lebih karena pola makan atau jenis makanannya yang kurang sesuai. Minimnya konsumsi serat, buah-buahan dan air bisa menjadi salah satu penyebab," jelasnya.
Penanganan Pertama
Ada beberapa cara untuk mengatasi bayi yang mengalami konstipasi:
- Bila si kecil tidak minum ASI, pilihlah susu formula dengan kandungan bahan yang dapat memperbaiki fungsi motilitas seperti laktulosa. Kandungan ini dapat dikenali dari kemasannya.
- Pada bayi di bawah usia 6 bulan, bisa dibantu dengan menggunakan obat-obatan kelompok stimulan laksatif yang mengandung laktulose atas rekomendasi dokter.
- Untuk bayi diatas usia 6 bulan yang mulai diperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI), berikanlah buah-buahan yang kaya serat, seperti pepaya, plum, pir, dan banyak mengonsumsi air putih. Sertakan selalu bahan berserat dalam menu makanan bayi selain bahan-bahan lainnya. Usahakan menu makanan bayi memenuhi gizi seimbang.
- Mandikan bayi dengan air hangat agar bayi lebih rileks sehingga tinja lebih mudah keluar. Oleskan minyak kayu putih di sekitar perut bayi yang kembung. Anda juga bisa membantu mengoleskan baby oil di sekitar anus untuk mengurangi rasa nyeri.
- Bantu bayi 'pup' dengan cara berolahraga kecil. Tekuk lutut bayi ke arah perutnya secara lembut beberapa kali. Ini akan membantu untuk mengeluarkan BAB.
Kapan Pergi ke Dokter?
Anda sebaiknya segera membawa si kecil ke dokter untuk mendapatkan penangan yang tepat jika menemui beberapa hal di bawah ini:
- Bila si kecil terus-menerus tidak BAB sampai lebih dari 3 hari
- Selalu tampak kesakitan saat BAB dan perut bayi menjadi keras
- Keluar darah di feses
- Terjadi robekan di daerah anus karena tekanan yang kuat
- Tidak ada perubahan setelah mengubah pola makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar