http://sehat-ituindah.blogspot.com
Fitri Yulianti - Okezone
Dr Ivan Sini
KEGUGURAN atau aborsi merupakan peristiwa akhir dari kehamilan yang gagal dimana embrio atau janin tidak berkembang dan bertahan hidup. Biasanya ini terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Pendarahan atau bercak darah pada kehamilan trimester pertama adalah tanda awal dari keguguran bagi kebanyakan wanita.
Normalnya, ketika sperma membuahi sel telur, saat itulah embrio terbentuk. Embrio membagi karakterisitik sel genetik dari ayahnya dan ibunya. Walaupun begitu, beberapa genetik tertentu yang tidak normal dapat menyebabkan keguguran.
Beberapa ahli percaya bahwa aneuploidi, sejumlah kromosom yang abnormal, dapat menyebabkan gagalnya embrio tertanam pada dinding rahim. Pada beberapa kasus, embrio aneuploidi dapat menjalani proses penanaman normal tetapi hanya sampai titik tertentu.
"Pada kedua kasus ini, apakah embrio aneuploidi dapat menempelkan dirinya pada dinding rahim atau tidak, keguguran masih mungkin tetap terjadi," kata Dr Ivan Sini, Ginekolog dan Direktur Klinik Morula IVF Jakarta.
Sekira 30-80 persen kasus ini akan berakhir pada kematian janin atau bahkan lahir mati. Walaupun begitu, ada beberapa janin abnormal dapat terus berkembang sampai pada akhir usia kehamilan dan menghasilkan seorang bayi dengan kecacatan besar.
"Masalah kromosom ini terjadi secara acak dan tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang dilakukan oleh kedua orangtua," tegas dokter yang menangani banyak masalah ketidaksuburan ini.
Bagaimana cara pandang kita pada peristiwa ini? Keguguran merupakan hal yang tidak diinginkan wanita manapun. Namun, berita baiknya adalah masih ada kesempatan lagi karena kehamilan berikut tidak selalu berakhir pada keguguran lagi.
"Walaupun faktor lingkungan dan gaya hidup sang ibu memiliki sedikit pengaruh terhadap keguguran, terdapat hal-hal lebih penting lain yang harus diperhatikan. Gaya hidup penuh tekanan tidak selalu meningkatkan risiko wanita mengalami keguguran. Namun, merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran," terang Dr Ivan.
Lebih lanjut Dr Ivan memaparkan, selain kebiasaan tersebut, proses pencernaan teratogen atau zat kimia dapat menyebabkan kelahiran cacat yang kemungkinan mengarah pada keguguran. Dengan cara yang sama, beberapa infeksi seperti Toksoplasma dan Listeria memiliki efek teratogenik.
Sumber: www.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar