http://sehat-ituindah.blogspot.com
TAK hanya kerusakan otak dan saraf, pria pencandu ganja menghadapi risiko terkena kanker testis, terutama pada pemakaian jangka panjang.
Memasukkan "racun" ke dalam tubuh demi memperoleh kebahagiaan sesaat yang semu adalah tindakan bodoh. Banyak pemakai narkoba yang mengawali konsumsi "barang haram" tersebut karena coba-coba, lantas menjadi ketergantungan.
Ganja (canabis sativa) yang tumbuh subur di Aceh dan ada kalanya dipakai sebagai bumbu penyedap masakan menempati angka terbesar penyalahgunaan narkoba, yakni sekitar 162,4 juta (data World Drugs Report,2005).
Kilas sejarah perkembangan tanaman "obat" tersebut seolah mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang berlebihan atau tidak pada tempatnya pasti akan menimbulkan masalah. Zat seperti morfin, heroin, kokain, akan bermanfaat sebagai penyembuh bila digunakan sesuai dosis dan indikasi medis. Nah, ketika pemakaiannya sudah berlebih atau disalahgunakan, barulah timbul masalah.
"Semua tumbuhan diciptakan memiliki kegunaan bagi manusia, misalkan tanaman ganja awalnya dipakai sebagai bumbu masak yang juga bisa mengempukkan daging. Ironisnya, seiring makin pintarnya manusia, tanaman ini jadi lebih berbahaya akibat disalahgunakan," ujar aktivis Badan Narkotika Nasional (BNN), Drs Ahwil Lutan SH MBA MM.
Besarnya angka penyalahgunaan ganja membuat tanaman yang juga kerap disebut mariyuana ini tak pernah lepas dari sorotan dunia medis. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cancer edisi bulan ini menyebutkan bahwa kebiasaan merokok ganja pada para pria usia muda dapat meningkatkan risiko kanker testis agresif, terutama pada konsumsi jangka panjang (lebih dari 10 tahun).
"Kejadian kanker testis meningkat di Amerika dan Eropa dalam 40 tahun terakhir. Demikian halnya dengan penyalahgunaan ganja. Jadi, kami menduga ada kaitan yang logis antara keduanya," ujar Janet Daling, ahli epidemiologi dari departemen ilmu kesehatan masyarakat Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle Amerika, yang juga turut serta sebagai tim penulis laporan penelitian tersebut.
Bersama timnya, dia menganalisis data dari 369 pasien kanker testis usia 18-44 tahun yang tinggal di wilayah Puget Sound, Seattle. Para pasien yang rata-rata orang kulit putih atau keturunan Hispanic itu rata-rata telah menderita kanker antara tahun 1999-2006.
Peneliti mendata riwayat penggunaan ganja (termasuk konsumsi alkohol dan rokok) pada para pasien tersebut. Informasi yang sama juga dikumpulkan peneliti dari 1.000 pria sehat. Didapati bahwa pencandu ganja berisiko 70 persen lebih tinggi mengalami kanker testis.
Selain itu, pria yang merokok ganja seminggu sekali atau pria yang sudah mulai mengonsumsi ganja sejak remaja (sebelum usia 18 tahun), berisiko dua kali lipat mengalami nonseminoma. Ini merupakan tipe kanker testis yang menyebar dengan cepat dan angka kejadiannya berkisar 40 persen dari keseluruhan kasus.
Peneliti berpandangan, testis bisa sangat peka terhadap efek ganja mengingat organ seksual pria ini memiliki reseptor khusus untuk tetrahydrocannabinol (THC), salah satu zat psikoaktif yang cukup dominan dalam ganja. Sebagai informasi tambahan, penelitian terdahulu yang dilakukan terhadap manusia dan hewan mengindikasikan bahwa konsumsi ganja dapat memengaruhi fungsi reproduksi kaum adam. Antara lain menurunnya produksi hormon (termasuk hormon testosteron), kualitas semen (air mani), bahkan impotensi.
Penelitian yang dilakukan Daling dan timnya tersebut merupakan yang pertama mengaitkan ganja dan kanker testis. Daling pun menyadari masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan umum. Namun, temuan ini setidaknya menyadarkan kita bahwa ternyata pengetahuan tentang dampak jangka panjang rokok ganja terhadap kesehatan masih amat minim.
"Terdapat beberapa bukti nyata keterkaitan konsumsi ganja dengan kanker testis. Hal ini penting untuk diinformasikan kepada para remaja agar tidak coba-coba," tandasnya.
Sumber: okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar