Cabai rawit memang pedas. Namun, pendamping tempe goreng ini memiliki banyak khasit pengobatan. Bukan cuma rematik, radang beku atau frostbite yang sering terjadi di daerah ketinggian atau bersalju itu pun bisa diatasi. Cabai Rawit mengandung antioksi dan Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, anggotan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) DKI Jakarta, di dalam buah cabai rawit terkandung kapssaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid, atsiri, resin, minyak menguap, serta vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat melancarkan aliran darah seta sebagai pemati rasa kulit. Biji tanaman bernama daerah lombok jempling (Madura), cabe rawit (Jawa), leudeu jarum (Gayo), rica halus (Manado), metrek wakfoh (Papua) ini, kata Dr. Setiawan, mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steoid saponin (kapsisidin). Kandungan terakhir ini berkhasiat sebagai antibiotik. Saat disantap, rasa pedas di lidah dapat menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan endorfin (opiate endogen). Hasilnya, rasa sakit hilang dan timbul perasaan lebih sehat. Pada sistem reproduksi, sifatnya yang panas dapat mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk. Salah satu hasil penelitian, kata Dr. Setiawan, cabai rawit diketahui memiliki khasiat mengurangi terjadinya penggumpalan darah (trombosis) dan menurunkan kadar kolesterol. Satu hal lagi, banyaknya kandungan zat antioksidan (seperti vitamin C dan betakaroten), dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan. Masalahnya, tidak setiap orang boleh mengonsumsi cabai rawit secar berlebihan. Pengidap sakit tenggorokan, sakit mata, dan penderita gangguan saluran pencernaan, kata Dr. Setiawan, tidak dianjurkan mengonsumsi cabai rawit. Penelitian yang dilakukan Tyas Wkowati Prasetyoningsih, Fakultas Farmasi Universitas Arilangga, Jawa Timur, tahun 1987. menyebutkan ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, yaitu jamur pada permukaan kulit. Daya hambat ekstrak cabai rawit 1 mg/ml setara dengan 6,20 mcg/ml nistatin dalam formamid. Dr. Setiawan menambahkan cabai rawit indikasinya digunakan untuk menambah nafsu makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis, mengurango batuk berdahak dan meredakan migrain. Empat resep ramuan La Jiao Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan khasiat cabai rawit. Bisa dengan cara merebusnya atau dibuat bubuk dan pil. Untuk pemakaian luar, cukup dengan merebusnya, lalu uapnya dipakai memanaskan bagian tubuh yang sakit. Cara lain, kata Dr. Setiawan, dengan menggiling cabai rawit hingga halus, kemudian membalurkannya di bagian yang sakit. Cara terakhir ini bisa digunakan untuk gangguan rematik dan frostbite (jari nyeri karena kedinginan). Daunnya bisa digiling untuk dibalurkan di daerah yang sakit guna mengatasi sakit perut dan bisul. Sebuah pengalaman empiris SENIOR, ketika melakukan perjalanan jauh, baik lewat darat, udara dan laut, kerap mengalami pusing, mual dan mabuk. Obat antimabuk tak membuahkan hasil ,akhirnya mencoba cara alternatif, yakni dua buah cabai rawit dikunyah sedikit demi sedikit. Hasilnya, mual dan pusing hilang. Mabuk pun tak berani datang kembali.1. Rematik Bahan: 15 buah cabai rawit, 1/2 sendok teh kapur sirih, 1 buah jeruk nipis. Pemakaian: Cabai rawit digiling hingga halus,jeruk nipis dibelah dua, ambil airnya. Campur gilingan cabai, kapur sirih, dan perasan jeruk nipis, aduk hingga rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit. Lakukan hingga penyakit sembuh. Sakit perut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar